JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) telah menyelenggarakan seminar daring dengan tema Literasi Digital: “Hati-hati Rekam Jejak Digital”. Seminar ini diselenggarakan pada hari Selasa (20/02/2024) melalui platform Zoom meeting.
Terdapat empat narasumber yang mumpuni di bidangnya sebagai pembicara, yaitu Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari yang merupakan seorang Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., sebagai Dirjen Aplikasi Informatika (APTIKA) Kementerian Kominfo RI, Farid Ardan, S.Pd., M.A., yang merupakan CEO Indonesia Leader Academy, serta Krisbiono, S.H., yang merupakan seorang praktisi hukum.
Seminar ini merupakan dukungan Kemenkominfo terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Seminar Ngobrol Bareng Legislator memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu untuk mendorong masyarakat supaya mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi; memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat; memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat terkait pembangunan Infrastruktur TIK yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya oleh APTIKA; mendorong dan memotivasi peran orang tua dalam pendampingan pembelajaran di masa pandemi; serta mewujudkan jaringan informasi serta media komunikasi dua arah antara masyarakat dengan masyarakat maupun dengan pihak lainnya. Seminar ini terdiri dari beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.
Seminar dimulai pada pukul 13.00 WIB yang diawali oleh hiburan band pada 15 menit sebelumnya. Kemudian, ditampilkan pula video-video yang berkaitan dengan literasi digital. Seminar dibuka oleh seorang Master of Ceremony (MC) dengan menyapa para narasumber yang akan memberi paparan materi kepada seluruh peserta. Saat memasuki sesi pemaparan materi, MC menyerahkan acara kepada moderator untuk memandu sesi paparan dan sesi diskusi. Sesi pemaparan materi diawali oleh Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari.
Kharis menyampaikan bahwa rekam jejak digital tidak akan hilang, namun bisa untuk dihapus, dengan membuatnya tidak muncul saat dicari di search engine. Oleh karena itu, beliau mengimbau kepada seluruh peserta untuk terus berhati-hati dalam menggunakan internet, terutama dalam menjaga rekam jejak digital kita. “Jangan emosi dan bersikap aneh-aneh di dunia digital, karena jika suatu informasi sudah masuk menjadi rekam jejak digital yang tidak baik, bisa diketahui oleh orang lain, ” pesan Kharis sebagai penutup sesi pemaparan materinya.
Seminar dilanjutkan dengan sambutan oleh Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., yang menjabat sebagai Dirjen Aplikasi dan Informatika (APTIKA) Kementerian Kominfo RI melalui tampilan video. Dalam video tersebut, beliau yang akrab dipanggil Semmy menjelaskan bahwa memasuki tahun 2024, perwujudan Indonesia Digital Nation tetap menjadi salah satu prioritas utama guna mewujudkan Indonesia yang makin digital dan maju. Kemenkominfo melalui Dirjen APTIKA terus berkomitmen dalam menyelenggarakan berbagai inisiatif dan program peningkatan literasi digital, guna mendukung upaya transformasi digital yang inklusif, memberdayakan, serta berkelanjutan. Beliau menyampaikan bahwa upaya transformasi digital ini perlu terus dilakukan untuk mendorong kemajuan perekonomian bangsa dan membuka berbagai peluang bagi masyarakat Indonesia, mengingat perkembangan teknologi digital saat ini telah mengubah cara kita bekerja, berusaha, dan menjalani kehidupan sehari-hari.
Baca juga:
Milenial dan Teknologi Bertani
|
Pemaparan materi selanjutnya disampaikan oleh Farid Ardan, S.Pd., M.A. Beliau menjelaskan rekam jejak digital adalah segala rekam jejak data seseorang saat berselancar di internet, berupa unggahan di media sosial, ulasan di sebuah forum, atau aktivitas berbelanja di e-commerce. Beliau juga menyampaikan bahwa di satu sisi, rekam jejak digital memiliki beberapa manfaat, seperti untuk kebutuhan marketing, rekrutmen pegawai, bahkan investigasi. Namun, di sisi lain, ada pula beberapa bahaya yang mengintai dengan menggunakan rekam jejak digital seperti pencurian data, aksi penipuan, hingga memengaruhi reputasi professional seseorang. Oleh karena itu, Farid memberikan cara untuk kita supaya bisa memanfaatkan jejak digital dengan sebaik-baiknya dan menghindari bahayanya, yaitu dengan mengelola jejak digital, seperti tidak asal membagikan data pribadi dan selalu memikirkan ulang sebelum mengunggah konten di media sosial. Sebagai penutup, beliau berpesan kepada para peserta, “Hati-hati dalam berselancar melalui media digital, karena media yang kita gunakan bisa menjadi senjata yang merugikan kita”.
Krisbiono, S.H., menjadi pemateri terakhir yang memaparkan materinya. Beliau menyebutkan bahwa dibutuhkan kehati-hatian bagi kita dalam menggunakan media sosial. Menurut beliau, jangan sampai akibat keisengan kita yang hanya sesaat di media sosial, sampai merugikan. “Media sosial bukan tempat kita untuk ‘curhat’ dan meluapkan segala macam emosi, namun lebih dari itu, media sosial lebih baik digunakan sebagai wadah untuk ‘branding’ dan mengungkapkan hal-hal yang baik, " ucap Krisbiono sebagai penutup.
Setelah paparan materi dari keempat narasumber, moderator membuka sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias dalam memberikan pertanyaan. Dari 150 peserta, terdapat tiga pertanyaan yang terpilih. Sesi diskusi melalui tanya jawab berjalan interaktif antara narasumber dan peserta. Setelah selesai sesi diskusi, moderator mengembalikan acara kepada MC. Acara ditutup secara resmi oleh MC pada puku 15.00 WIB. Seminar ini diharapkan dapat menjadi sarana penambahan literasi digital bagi masyarakat sebagai dukungan kepada pemerintah mewujudkan transformasi digital Indonesia. (Red/Resky)